Pemimpin Kok Lemah


Pagi ini seperti dijadwalkan aku memiliki kelas Perancangan dan Analisis Algoritma bersama dengan 5 orang temanku lainnya. Iya kelas kami hanya berisi 6 orang saja. Menakjubkan bukan? Memang dapat dipahami mengapa kelas kami sangat sedikit yang "berani" mengambilnya. selain karena dimulai pagi-pagi hari juga kelas ini diampu oleh dosen legendaris bahkan meraih peringkat dua dunia pada sebuah website pemrograman internasional.

Lalu siapa saja 6 orang pilihan itu? empat orang dari kami memang orang-orang yang "terkenal" akan kepandaian mereka dalam memainkan algoritma. Sedangkan dua sisanya yakni aku dan seorang lagi

"orang baru" yang baru mengambil kelas yang diajar dosen legendaris ini.

"Kamu kemarin ke mana kok tidak datang?" - tanya pak dosen

"Oh iya pak maaf saya kemarin pagi pusing dan tidak enak badan" - jawabku singkat. mengingat kemarin aku sudah mengirimkan email perizinan tidak masuk kelas.

"Ah kamu ini bagaimana? Leader kok lemah? Kamu seorang pemimpin kan? kok sama sakit seperti itu saja kalah sih. kamu jadinya belum mengerjakan tugas yang saya beri ke teman-teman lainnya kan?" - tanya pak dosen

"Saya sudah mulai kerjakan kok pak tengah malam tadi tapi masih belum selesai hehe... Saya dapat soalnya setelah bertanya si Furqan. Saya juga sudah baca-baca bab Divide and Conquer di bukunya Cormen." - jawabku

"Memang dengan kamu tanya furqan dan baca bukunya sudah paham?" - tanya pak dosen

"Ya belum pak hehe" - jawabku sambil senyum bingung

"Nah kan... makanya kau jangan tidak ikut kelas. Perkuliahan kan tidak bisa diulang. Kalo seperti ini yang rugi kau sendiri kan?" - Pak dosen memberi nasihat

"Iya pak. paham" - jawabku mengakui kesalahan.

Nah di situ aku mulai berpikir kembali. Kok aku lemah banget ya... baru juga tidak tidur dan begadang beberapa hari tapi kok sudah tumbang. Selain itu daya serap pengetahuanku kok seakan tidak setajam ketika dulu masa sekolah. Ada apa ini ya Rabb...

Aku masih jauh dari kata siap ternyata. Tidak boleh berleha-leha harus terus memantaskan diri untuk bertemu dengan-Nya. Mana mungkin dengan kualitas diri seperti ini bisa memandang wajah-Nya? Aku harus membayar lebih mahal harga yang harus kupenuhi. Bismillah

Lab Manajemen Informasi
26 Februari 2019
10.33

Posting Komentar

Start typing and press Enter to search